Segala
sesuatu berada didalam genggaman kekuasaan-Nya, segalanya adalah manifestasi
diri-Nya dan objek yang Dia kendalikan.Maka Dia tidak di
luar langit dan alam semesta, dan juga tidak sepenuhnya di dalam
keduanya.Sesungguhnya langit dan alam semesta tidak meliputi Dia, melainkan
Dialah yang melipti mereka sepenuhnya---Jalaluddin
Rumi.
Bila kita
ibaratkan seluruh dunia ini satu rumah,
maka imajinasi, pikiran dan gagasan adalah jalan masuk menuju rumah itu. Engkau bisa melihat sesuatu yang akan mengisi
rumah bila engkau mngamati semua yang lewat di jalan masuk itu. Karena segala sesuatunya, baik atau buruk yang ada di dunia muncul
prtama-tama dari jalan masuk. Baru
kemudian ada di dalam rumah.---Jalauddin
Rumi.
A. Pendahuluan
Dalam
kehidupan nyata kadang-kadang kita perlu mengikuti pendapat- pendapat yang
menurut pengetahuan kita sangat tidak
pasti tetapi seakan-akan tidak diragukan. Meskipun demikian, karena saya ingin
memusatkan perhatian hanya pada pencarian kebenaran, saya pikir saya harus
melakukan yang justru sebaliknya dan membuang segala sesuatu yang menurut
bayangan saya mengandung keraguan meskipun sedikit, sebagai hal yang sama
sekali tidak benar. Tujuannya adalah untuk melihat apakah dalam keyakinan saya
masih tersisa pendapat yang sepenuhnya sudah pasti.
Berhubung indera kadang kala menipu
kita danapa yang biasa dibayangkan oleh indera kita itu sebenarnya tidak ada
dan kemungkinan orang keliru sehingga kita perlu menolak (dengan meragukan)
segala penalaran sebagai pembuktian. Dan terakhir, karena pemikiran- pemikiran dapatmuncul
waktu kita sadar dan ketika tidak sadar
sehingga tanpa ada yang benar satu pun segala hal yang pernah terlintas didalam
pemikiran tidak lebih benar dari pada ilusi-ilusi dalam mimpi. Nalar sama
sekali tidak mengharuskan kita bahwa segala sesuatu yang kita lihat adalah
benar, namun nalar memang mengatakan kepada kita bahwa segala gagasan atau
perhatian kita harus memiliki landasan kebenaran. Sekarang juga saya menyadari bahwa sementara
saya berpikir bahwa semuanya tidak benar,Saya sebagai yang memikirkannya
haruslah merupakan sesuatu.
B. Bukti-Bukti keberadaan Tuhan dan Jiwa Manusia
atau Asas-asas Metafisika
Prinsip pertama filsafat yang saya cari“Saya berpikir, karena itu saya ada”begitu kokoh dan meyakinkan,
sehingga anggapan kaum skeptik yang paling berlebihan sekalipun tidak akan
mampu menggoyahkannya.
1) Saya dapat
membayangkan seolah-olah saya sama sekali tidak memiliki badan dan tidak ada
dunia ataupun ruang tempat saya berada, tapi saya tidak dapat beranggapan bahwa
saya tidak ada.
2) Meragukan
segala sesuatu justru membuktikan dengan jelas dan pasti bahwa saya ada.
Sebaliknya; seandainya saya berhenti berpikir—walaupun hal lain yang saya bayangkan memang benar ada—saya
tidak mempunyai alasan apapun untuk menyatakan bahwa saya ada.
3) Berdasarkan
hal itu---pertama dan kedua--- saya menyimpulkan bahwa; saya adalah suatu
substansi yang seluruh esensi atau kodratnya hanyalah berpikir dan untuk
keberadaannya tidak memerlukan ruang sedikitpun dan tidak bergantung pada benda
materi apapun. Dengan demikian “Saya” ini, yakni jiwa yang membuat saya ada
sebagaimana adanya—sama sekali berlainan dengan badan dan bahkan lebih mudah
dikenali daripada badan dan sekalipun badan tidak ada, jiwa akan tetap ada
sebagaimana adanya.
Apa syarat agar suatu proporsi dapat
dianggap benar dan dapat dipercaya. Bahwa “Saya
berpikir, karena itu saya ada”tidak ada satupun yang menjamin kebenarannya
selain melihat dengan sangat jelas bahwa
untuk berpikir saya harus ada. Maka
sebagai aturan umum saya menetapkan bahwa hal-hal yang kita tangkap
dengan sangat jelas dan sangat gamblang adalah benar. Karena saya melihat dengan jelas bahwa
mengetahui merupakan kesempurnaan yang lebih besar dari pada keraguan.Namun apa
saja yang kita pahami secara jelas?Setelah merenungkan;
1) Bahwa saya
ragu-ragu dan karena itu keberadaan saya tidak sempurna dan sesuatu yang lebih
sempurna dari pada diri saya berasal dari suatu kodrat yang memang lebih
sempurna.
2) Jika suatu
kodrat yang memang lebih sempurna benar-benar ada, tentu merupakan bagian tak
terpisahkan dari kodrat saya, sejauh kodrat itu memiliki suatu kesempurnaan.
Jika tidak benar-benar ada, saya mendapat mereka dari ketiadaan, maksudnya
adalah bahwa mereka berada dalam diri saya, karena saya tidak sempurna.
3) Bahwa
gagasan tentang sesuatu yang lebih sempurna diletakkan dalam diri saya oleh
kodrat lain yang benar-benar lebih sempurna dari pada saya dan yang memiliki
segala kesempurnaan yang beberapa diantaranya dapat saya pahami, atau dengan
satu kata; Tuhan.
4) Segala yang
menunjukkan ketidaksempurnaan tidak ada pada-Nya, tetapi kesempurnaan lainnya ada
pada-nya. Tidak ada hal yang dapat dipahami tanpa sebelumnya dicerap oleh indra
dan tentu saja gagasan tentang Tuhan dan jiwa tidak akan pernah dicerap oleh
indra.
5) Hal-hal yang
kita pahami secara jelas dan tegas adalah benar—dapat dipastikan kebenarannya
hanya jika Tuhan ada atau hadir, dan bahwa Ia adalah Pengada sempurna dan segala sesuatu yang ada pada kita berasal
dari-Nya.
C. Urutan Pembahasan Masalah-masalah Fisika
Sejak semula Tuhan telah menjadikan
dunia sebagaimana seharusnya.Tindakan Tuhan melihat dunia sekarang ini justru
sama dengan tindakan penciptaannya. Hanya melalui proses tersebut segala hal
yang benar-benar berbentuk materi, dengan berlangsungnya waktu, menjadi seperti
yang kita lihat pada masa kini dan kodratnyapun akan lebih mudah dipahami
tatkala kita membayangkannya terjadi secara berangsur-angsur seperti itu
daripada beranggapan bahwa materi terbentuk secara sempurna sejak semula.
Bahwa Tuhan membentuk badan seorang
manusia yang sepenuhnya mirip dengan badan kita—baik bentuk luar maupun perpaduan bagian dalam organ-organnya—dan
bagian badan yang kodratnya hanya berpikir sebagai satu-satunya yang khas
pada manusia. Tuhan menciptakan jiwa berakal dan mempersatuka dalam badan dengan
cara yang mirip sehingga lewat perantaraan inderaditangkap berbagai gagasan, Common sense (anggapan umum/akal sehat)
yang menerima gagasan-gagasan,daya ingat yang menyimpannya, daya khayal yang
dapat mengubah dan menimbulkan gagasan baru.
Seandainya ada yang memiliki
kemiripan dengan badan kita—misalnya mesin—dan meniru semua perbuatan yang kita lakukan, ada
dua ciri yang meyakinkan untuk membuktikan bahwa mesin sama sekali bukan
manusia;Pertama, mesintidak
akan pernah mampu menggunakan kata-kata ataupun tanda-tanda lain dengan jalan menyusunnya
seperti manusia lakukan untuk mengemukakan
pikiran-pikiran kepada manusia lain. Kedua, meskipun mungkin mesin-mesin melakukan banyak hal sebagai atau
mungkin lebih baik, mesin-mesin tidak
mampu melakukan hal-hal lain. Mesin-mesin melakukan gerakan bukan dengan pengetahuan namun semata-mata
penataan organ-organnya dan berbeda dengan nalar yang merupakan alat universal
yang dapat digunakan segala macam keadaan.
D. Hal-hal yang Merupakan Prasyarat dalam
Penelitian Alam
Dalam hal perilaku, setiap orang
mengakui pendapatnya sendiri bahwa—selain manusia yang oleh Tuhan telah di
tunjuk sebagai pemimpin bangsa atau dianugrahi berkat dan semangat sebagai nabi—siapapun diijinkan untuk pembaharuan. Hukum yang
mengharuskan kita membaktikan semua pengetahuan yang dimiliki untuk kebaikan
semua manusia; sebab pengertian-pengertian tersebut memungkinkan kita mencapai
pengetahuan-pengetahuan yang sangat berguna untuk kehidupan.Filsafat praktismisalnya
diterapkan bagi kegunaan-keghunaan lain sesuai kekhasannya sehingga menjadikan
kita penguasa dan pemilik alam. Ilmu kedokteran yang sekarang berlaku mempunyai
sedikit kegunaan masih belum sebanding
dengan yang masih perlu diketahui; tentang membebaskan diri dari begitu banyak
penyakit, baik menyangkut badan maupun jiwa, bahkan mungkin mengatasi
menurunnya daya tahan karena ketuaan—seandainya kita memiliki pengetahuan yang
cukup tentang penyebab-penyebabnya dan semua obat yang tersedia di dalam alam.Selanjutnya
mengenaifilsafat spekulatifditerapkan; Pertama,
berusaha menemukan secara umum prinsip-prinsip atau sebab pertama dari segala
sesuatu yang ada atau mungkin ada di dunia tanpa pertimbangan lain kecuali
bahwa hanya Tuhan penciptanya dan tidak mengambilnya dari sumber lain selain
dari beberapa benih kebenaran yang terdapat secara alami di dalam jiwa kita. Kedua, mengkaji akibat-akibat pertama
dan akibat paling lazim yang dapat disimpulkan dari sebab-sebab tersebut sampai
akhirnya ditemukan angkasa luar, planet-planet, bumi dan bahkan di bumi ditemukan
air, udara, api, mineral dan beberapa yang lain dan paling lazim serta
sederhana dan karena itu paling mudah dikenali.
Kemudian, saat ingin menelaah
hal-hal yang lebih khusus, muncul begitu banyak hal yang beraneka ragam
sehingga pikiran menusia tidak akan mampu membedakan antara bentuk-bentuk atau
jenis-jenis benda yang ada di dunia dan demikian banyak hal lain yang mungkin
berada di bumi—seandainya saja Tuhan berkenaan menempatkannya di sana—akibatnya,
manusiapun tidak akan mampu memanfaatkannya untuk keperluannya, jika tidak
berhasil mempelajari sebab-sebab melalui akibat-akibatnya, serta memanfaatkan
beberapa eksperimen khusus. Bahwa setiap
orang harus memberikan sebanyak mungkin yang dimilikinya untuk kesejahteraan
orang lain dan kita sebetulnya tidak bernilai jika tidak berguna bagi siapapun.
Selanjutnya, sementara menelaah
kembali satu demi satu semua objek yang pernah tampil pada indra saya, tidak
satu hal pun yang tidak dapat dijelaskan dengan mudah dengan prinsip-prinsip
yang telah saya temukan. Namun, kekuatan alam begitu luas dan besar sedang
prinsip-prinsip saya sedemikian sederhana dan umum, sehingga hampir tidak dapat
mengamati satu akibat khususpun sebelum akibat tersebut dapat dihasilkan
melalui beberapa cara dan kesulitan terbesar biasanya adalah menemukan cara mana
yang sesungguhnya menghasilkan akibat itu. Sebab, untuk mencari kemungkinan
tersebut saya tidak melihat cara lain selain kembali mencari beberapa
eksperimen dengan latar belakang yang berbeda, sehingga dapat memastikan bahwa
kejadiannya akan berbeda jika harus diterangkan berdasarkan cara yang satu dan
cara yang lainnya. Akhirnya, sekarang saya berada pada tahap untuk melihat
dengan cukup jelas arah mana yang haru diambil dalam melakukan
eksperimen-eksperimen agar memberikan hasil yang diharapkan. Namun
ekperimen-eksperimen itu beraneka ragam dan banyak, sehingga baik tangan maupun
dana saya, mungkin tidak akan mencukupi untuk menangani semuanya, walaupun
mempunyai seribu kali lebih banyak. Akibatnya, sebanyak kemudahan yang akan
saya dapatkan untuk melakukan eksperimen, sebanyak itu pula kemajuan yang akan
dicapai dalam pengetahuan mengenai alam.
Alcapone,
20 April 2015
Sumber;
Rene
Descartes, Diskursus dan Metode; Mencari Kebenaran dalam Ilmu-Ilmu Pengetahuan,
IRCiSoD, Yogyakarta, Januari 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar