Rabu, 13 Januari 2016

Makalah II Rene Descartes; Tuhan, Jiwa Manusia dan Asas-asas Metafisika




Segala sesuatu berada didalam genggaman kekuasaan-Nya, segalanya adalah manifestasi diri-Nya dan objek yang Dia kendalikan.Maka Dia tidak di luar langit dan alam semesta, dan juga tidak sepenuhnya di dalam keduanya.Sesungguhnya langit dan alam semesta tidak meliputi Dia, melainkan Dialah yang melipti mereka sepenuhnya---Jalaluddin Rumi.
 

Bila kita ibaratkan  seluruh dunia ini satu rumah, maka imajinasi, pikiran dan gagasan adalah jalan masuk menuju rumah itu.  Engkau bisa melihat sesuatu yang akan mengisi rumah bila engkau mngamati semua yang lewat di jalan masuk itu.  Karena segala sesuatunya,  baik atau buruk yang ada di dunia muncul prtama-tama dari jalan masuk.  Baru kemudian ada di dalam rumah.---Jalauddin Rumi.



A.    Pendahuluan

Dalam kehidupan nyata kadang-kadang kita perlu mengikuti pendapat- pendapat yang menurut pengetahuan kita  sangat tidak pasti tetapi seakan-akan tidak diragukan. Meskipun demikian, karena saya ingin memusatkan perhatian hanya pada pencarian kebenaran, saya pikir saya harus melakukan yang justru sebaliknya dan membuang segala sesuatu yang menurut bayangan saya mengandung keraguan meskipun sedikit, sebagai hal yang sama sekali tidak benar. Tujuannya adalah untuk melihat apakah dalam keyakinan saya masih tersisa pendapat yang sepenuhnya sudah pasti.
Berhubung indera kadang kala menipu kita danapa yang biasa dibayangkan oleh indera kita itu sebenarnya tidak ada dan kemungkinan orang keliru sehingga kita perlu menolak (dengan meragukan) segala penalaran sebagai pembuktian. Dan terakhir, karena pemikiran- pemikiran dapatmuncul  waktu kita sadar dan ketika tidak sadar sehingga tanpa ada yang benar satu pun segala hal yang pernah terlintas didalam pemikiran tidak lebih benar dari pada ilusi-ilusi dalam mimpi. Nalar sama sekali tidak mengharuskan kita bahwa segala sesuatu yang kita lihat adalah benar, namun nalar memang mengatakan kepada kita bahwa segala gagasan atau perhatian kita harus memiliki landasan kebenaran.   Sekarang juga saya menyadari bahwa sementara saya berpikir bahwa semuanya tidak benar,Saya sebagai yang memikirkannya haruslah merupakan sesuatu.

B.    Bukti-Bukti keberadaan Tuhan dan Jiwa Manusia atau Asas-asas Metafisika
Prinsip pertama  filsafat yang saya cari“Saya berpikir, karena itu saya ada”begitu kokoh dan meyakinkan, sehingga anggapan kaum skeptik yang paling berlebihan sekalipun tidak akan mampu menggoyahkannya.

1)    Saya dapat membayangkan seolah-olah saya sama sekali tidak memiliki badan dan tidak ada dunia ataupun ruang tempat saya berada, tapi saya tidak dapat beranggapan bahwa saya tidak ada.
2)  Meragukan segala sesuatu justru membuktikan dengan jelas dan pasti bahwa saya ada. Sebaliknya; seandainya saya berhenti berpikir—walaupun hal lain  yang saya bayangkan memang benar ada—saya tidak mempunyai alasan apapun untuk menyatakan bahwa saya ada.
3)  Berdasarkan hal itu---pertama dan kedua--- saya menyimpulkan bahwa; saya adalah suatu substansi yang seluruh esensi atau kodratnya hanyalah berpikir dan untuk keberadaannya tidak memerlukan ruang sedikitpun dan tidak bergantung pada benda materi apapun. Dengan demikian “Saya” ini, yakni jiwa yang membuat saya ada sebagaimana adanya—sama sekali berlainan dengan badan dan bahkan lebih mudah dikenali daripada badan dan sekalipun badan tidak ada, jiwa akan tetap ada sebagaimana adanya.

Apa syarat agar suatu proporsi dapat dianggap benar dan dapat dipercaya. Bahwa “Saya berpikir, karena itu saya ada”tidak ada satupun yang menjamin kebenarannya selain  melihat dengan sangat jelas bahwa untuk berpikir saya harus ada. Maka  sebagai aturan umum saya menetapkan bahwa hal-hal yang kita tangkap dengan sangat jelas dan sangat gamblang adalah benar.  Karena saya melihat dengan jelas bahwa mengetahui merupakan kesempurnaan yang lebih besar dari pada keraguan.Namun apa saja yang kita pahami secara jelas?Setelah merenungkan;

1)    Bahwa saya ragu-ragu dan karena itu keberadaan saya tidak sempurna dan sesuatu yang lebih sempurna dari pada diri saya berasal dari suatu kodrat yang memang lebih sempurna.
2)  Jika suatu kodrat yang memang lebih sempurna benar-benar ada, tentu merupakan bagian tak terpisahkan dari kodrat saya, sejauh kodrat itu memiliki suatu kesempurnaan. Jika tidak benar-benar ada, saya mendapat mereka dari ketiadaan, maksudnya adalah bahwa mereka berada dalam diri saya, karena saya tidak sempurna.
3)  Bahwa gagasan tentang sesuatu yang lebih sempurna diletakkan dalam diri saya oleh kodrat lain yang benar-benar lebih sempurna dari pada saya dan yang memiliki segala kesempurnaan yang beberapa diantaranya dapat saya pahami, atau dengan satu kata; Tuhan.
4) Segala yang menunjukkan ketidaksempurnaan tidak ada pada-Nya, tetapi kesempurnaan lainnya ada pada-nya. Tidak ada hal yang dapat dipahami tanpa sebelumnya dicerap oleh indra dan tentu saja gagasan tentang Tuhan dan jiwa tidak akan pernah dicerap oleh indra.
5)  Hal-hal yang kita pahami secara jelas dan tegas adalah benar—dapat dipastikan kebenarannya hanya jika Tuhan ada atau hadir, dan bahwa Ia adalah Pengada sempurna  dan segala sesuatu yang ada pada kita berasal dari-Nya.
   
C.     Urutan Pembahasan Masalah-masalah Fisika
Sejak semula Tuhan telah menjadikan dunia sebagaimana seharusnya.Tindakan Tuhan melihat dunia sekarang ini justru sama dengan tindakan penciptaannya. Hanya melalui proses tersebut segala hal yang benar-benar berbentuk materi, dengan berlangsungnya waktu, menjadi seperti yang kita lihat pada masa kini dan kodratnyapun akan lebih mudah dipahami tatkala kita membayangkannya terjadi secara berangsur-angsur seperti itu daripada beranggapan bahwa materi terbentuk secara sempurna sejak semula.
Bahwa Tuhan membentuk badan seorang manusia yang sepenuhnya mirip dengan badan kita—baik bentuk luar  maupun perpaduan bagian dalam organ-organnya—dan bagian  badan yang kodratnya  hanya berpikir sebagai satu-satunya yang khas pada manusia. Tuhan menciptakan jiwa berakal dan mempersatuka dalam badan dengan cara yang mirip sehingga lewat perantaraan  inderaditangkap berbagai gagasan, Common sense (anggapan umum/akal sehat) yang menerima gagasan-gagasan,daya ingat yang menyimpannya, daya khayal yang dapat mengubah dan menimbulkan gagasan baru.
Seandainya ada yang memiliki kemiripan dengan badan kita—misalnya mesin—dan  meniru semua perbuatan yang kita lakukan, ada dua ciri yang meyakinkan untuk membuktikan bahwa mesin sama sekali bukan manusia;Pertama, mesintidak akan pernah mampu menggunakan kata-kata ataupun tanda-tanda lain dengan jalan menyusunnya seperti manusia  lakukan untuk mengemukakan pikiran-pikiran kepada manusia lain. Kedua, meskipun mungkin mesin-mesin melakukan banyak hal sebagai atau mungkin lebih baik, mesin-mesin  tidak mampu melakukan hal-hal lain. Mesin-mesin melakukan gerakan  bukan dengan pengetahuan namun semata-mata penataan organ-organnya dan berbeda dengan nalar yang merupakan alat universal yang dapat digunakan segala macam keadaan.

D.    Hal-hal yang Merupakan Prasyarat dalam Penelitian Alam
Dalam hal perilaku, setiap orang mengakui pendapatnya sendiri bahwa—selain manusia yang oleh Tuhan telah di tunjuk sebagai pemimpin bangsa atau dianugrahi berkat dan semangat sebagai nabi—siapapun  diijinkan untuk pembaharuan. Hukum yang mengharuskan kita membaktikan semua pengetahuan yang dimiliki untuk kebaikan semua manusia; sebab pengertian-pengertian tersebut memungkinkan kita mencapai pengetahuan-pengetahuan yang sangat berguna untuk kehidupan.Filsafat praktismisalnya diterapkan bagi kegunaan-keghunaan lain sesuai kekhasannya sehingga menjadikan kita penguasa dan pemilik alam. Ilmu kedokteran yang sekarang berlaku mempunyai sedikit kegunaan  masih belum sebanding dengan yang masih perlu diketahui; tentang membebaskan diri dari begitu banyak penyakit, baik menyangkut badan maupun jiwa, bahkan mungkin mengatasi menurunnya daya tahan karena ketuaan—seandainya kita memiliki pengetahuan yang cukup tentang penyebab-penyebabnya dan semua obat yang tersedia di dalam alam.Selanjutnya mengenaifilsafat spekulatifditerapkan; Pertama, berusaha menemukan secara umum prinsip-prinsip atau sebab pertama dari segala sesuatu yang ada atau mungkin ada di dunia tanpa pertimbangan lain kecuali bahwa hanya Tuhan penciptanya dan tidak mengambilnya dari sumber lain selain dari beberapa benih kebenaran yang terdapat secara alami di dalam jiwa kita. Kedua, mengkaji akibat-akibat pertama dan akibat paling lazim yang dapat disimpulkan dari sebab-sebab tersebut sampai akhirnya ditemukan angkasa luar, planet-planet, bumi dan bahkan di bumi ditemukan air, udara, api, mineral dan beberapa yang lain dan paling lazim serta sederhana dan karena itu paling mudah dikenali.
Kemudian, saat ingin menelaah hal-hal yang lebih khusus, muncul begitu banyak hal yang beraneka ragam sehingga pikiran menusia tidak akan mampu membedakan antara bentuk-bentuk atau jenis-jenis benda yang ada di dunia dan demikian banyak hal lain yang mungkin berada di bumi—seandainya saja Tuhan berkenaan menempatkannya di sana—akibatnya, manusiapun tidak akan mampu memanfaatkannya untuk keperluannya, jika tidak berhasil mempelajari sebab-sebab melalui akibat-akibatnya, serta memanfaatkan beberapa eksperimen khusus.  Bahwa setiap orang harus memberikan sebanyak mungkin yang dimilikinya untuk kesejahteraan orang lain dan kita sebetulnya tidak bernilai jika tidak berguna bagi siapapun.
Selanjutnya, sementara menelaah kembali satu demi satu semua objek yang pernah tampil pada indra saya, tidak satu hal pun yang tidak dapat dijelaskan dengan mudah dengan prinsip-prinsip yang telah saya temukan. Namun, kekuatan alam begitu luas dan besar sedang prinsip-prinsip saya sedemikian sederhana dan umum, sehingga hampir tidak dapat mengamati satu akibat khususpun sebelum akibat tersebut dapat dihasilkan melalui beberapa cara dan kesulitan  terbesar biasanya adalah menemukan cara mana yang sesungguhnya menghasilkan akibat itu. Sebab, untuk mencari kemungkinan tersebut saya tidak melihat cara lain selain kembali mencari beberapa eksperimen dengan latar belakang yang berbeda, sehingga dapat memastikan bahwa kejadiannya akan berbeda jika harus diterangkan berdasarkan cara yang satu dan cara yang lainnya. Akhirnya, sekarang saya berada pada tahap untuk melihat dengan cukup jelas arah mana yang haru diambil dalam melakukan eksperimen-eksperimen agar memberikan hasil yang diharapkan. Namun ekperimen-eksperimen itu beraneka ragam dan banyak, sehingga baik tangan maupun dana saya, mungkin tidak akan mencukupi untuk menangani semuanya, walaupun mempunyai seribu kali lebih banyak. Akibatnya, sebanyak kemudahan yang akan saya dapatkan untuk melakukan eksperimen, sebanyak itu pula kemajuan yang akan dicapai dalam pengetahuan mengenai alam.

Alcapone, 20 April 2015

Sumber;

Rene Descartes, Diskursus dan Metode; Mencari Kebenaran dalam Ilmu-Ilmu Pengetahuan, IRCiSoD, Yogyakarta, Januari 2015


         







Tidak ada komentar:

Posting Komentar