Rabu, 13 Januari 2016

Thomas More; Utopia





Saya tidak bisa mengatakan apakah saya akan menyebutnya seorang bijaksana yang bodoh 
atau seorang bodoh yang bijaksana.”  ---  Edward Hall, Chronicler

Kesalehan berarti agama yang didasarkan pada kasih 
dan keutamaan berarti kekuatan moral dari kesadaran manusia memilih yang terbaik
 dalam kehidupan sehari-hari   ---- Thomas More

1.     Riwayat Hidup  
         Thomas More seorang humanis  lahir di Milk Street, London 7 Februari 1478, dari  keluarga  kaya putra Sir John More seorang hakim terkemuka saat Raja Edward memerintah  Inggris.  Pendidikannya diawali di St. Anthony’s School salah satu sekolah terkenal di London. Sebagai seorang pemuda yang tumbuh dan berkembang menuju kedewasaan, More diutus untuk mengabdi di istana Lambeth di rumah keluarga Uskup Agung Canterbury;  John Morton.  Pada tahun 1494 mengikuti pendidikan di Universitas Oxford di bawah pengajaran Thomas Linacre dan William Grocym. Selama masa belajar  dia menulis cerita komedi dan belajar kesusasteraan Yunani dan Latin. Salah satu karya pertamanya  mengenai biografi tokoh humanis Italia Pico della Mirandola yang diterbitkan oleh Wynkyn de Worde pada 1510--- terjemahan dari bahasa Latin ke bahasa Inggris. 
Dua tahun berikutnya (1496) More dipanggil ayahnya kembali ke London untuk belajar hukum di New Inn dan Lincoln’s Inn  dan diterima di Lincoln’s Inn dan menjadi pengacara (1501).  Di Lincoln’s Inn,  terpengaruh menjadi pastur dan menganut carthusian (katoliksisme) sampai menjalani kehidupan pastur.  Pikirannya terbagi antara panggilan gereja dan hidup melayani masyarakat sipil.  Semangat monastisisme (cara hidup biarawan) akhirnya kalah oleh keinginannya mengabdi pada negara di bidang politik. Dia kemudian menikahi Jane Colt tahun 1505---setahun (tahun 1504) setelah Thomas More dipilih menjadi anggota parlemen dan memperoleh reputasi sebagai orang adil dan patron orang-orang miskin. 
Pada tahun 1510, Thomas More melihat keadaan Inggris telah berubah oleh pemerintahan Tudor yang aristokrat.  Masa itu adalah permulaan era baru kapitalisme.  Gambaran kehidupan abad ke-16 di seluruh profesi dan praktek—di dalam gereja, pemerintahan, masyarakat dan bahkan pengetahuan—berdiri terpisah oleh jurang yang amat dalam.  Pada 1515 sebagai delegasi ke Eropa Utara membantu menyelesaikan perdagangan wol. Atas permintaan Henry VIII (1516) untuk menjadi penasehat mendorongnya menulis karya—untuk Henry VIII—yang fenomenal dan luar biasa berjudul Utopia dengan istilah lain, berkunjung ke negeri antah berantah. Karya tersebut merupakan satir yang tajam pada masa itu. Meskipun begitu, Henry VIII menganggap hal tersebut bukan sebuah kesalahan. 
More juga membantu memadamkan pemberontakan di London pada 1517---dilukiskan Shakespeare dalam Drama Sir Thomas More. Pada 1518, ia menjadi anggota dewan rahasia dan dianugerahi satria pada 1521. More menjadi konsultan di parlemen dan kanselir walikota Lancaster (1525). Sebagai konsultan, More menetapkan hak istimewa parlemen di dalam kebebasan berbicara. Dia  menolak merealisasikan rencana Raja Henry VIII untuk bercerai dengan Katherine dari Aragon (1527). Meskipun begitu, setelah kejatuhan Thomas Wolsey pada 1529, More menjadi Kanselir utama.
Ia berhenti pada 1532 karena alasan kesehatan (alasan sebenarnya karena Raja Henry VIII menarik sistem yuridiksi paus dari geraja Inggris).  Karena tidak menghadiri penobatan Anne Boleyn pada Juni 1533 membuatnya mendapat peringatan dari Raja dan pada 1534 dia dituduh terlibat bersama Elizabeth Aragón (1527), biarawati dari Kent yang menentang Henry VIII untuk melawan Roma. April 1534, dia dinyatakan bersalah karena berkhianat dan dihukum gantung di samping Uskup Fisher.  Pesan terakhirnya di tiang gantungan; Raja adalah pelayan yang baik tetapi Tuhanlah yang terbaik (The King’s good servant but God’s first). More diberkati pada 1886 dan diangkat sebagai orang suci oleh Pope Pius XI pada 1935.

2. Konteks Pemerintahan Inggris
           Pada abad XVI kerajaan Inggris  di bawah kekuasaan raja Henry VIII  dengan kebijakan politik-keagamaan “skismastik” mengawali munculnya “anglikanisme.” Keinginan Henry VIII memisahkan diri dari Gereja Katolik Roma, bukan disebabkan persoalan teologis tetapi tindakan personal dan politik. Sebagai seorang raja, Henry VIII berambisi mewarisi tahta kerajaan kepada keturunannya. Namun karena Henry VIII tidak mempunyai keturunan laki-laki  kemudian berusaha membatalkan pernikahannya dengan Catherine Aragon dan  bermaksud  menikahi Anne Boleyn.  Rencana Henry VIII tidak mendapat persetujuan dari gereja. Henry VIII tidak menghiraukan hukum Gereja dia lalu di ekskomunikas ioleh Paus Clemens VII. Setelah diekskomunikasi dari Gereja, Henry VIII justru mengangkat dirinya sendiri sebagai kepala Gereja Inggris. Thomas More kemudian  dihukum mati karena dianggap tidak taat pada Henry VIII termasuk penolakannya atas pernikahan Henry VIII dengan Anne Boleyn. Konteks pemerintahan Inggris diwarnai oleh sebuah gejolak politik yang mengakibatkan Gereja dan negara saling bertentangan.

3.    Sistem Pemerintahan yang Ideal
        Gagasan tentang sistem pemerintahan yang ideal diawali ketika More berada di Flanders sebagai diplomat dalam perdangangan wool antara Inggris dan Flemish.  Sistem pemerintahan yang baik adalah gagasan bersama antara;, Thomas More, Peter Giles (juru tulis dewan kota praja) dan seorang rekan humanis Erasmus. Pertemuan mereka secara aktual membentuk pemikiran fiktif dalam Utopia dan Thomas More menemukan cara baru memasuki perdebatan dengan kaum humanis tentang pemerintahan yang baik.
Menurut Thomas More, awal kehancuran sebuah pemerintahan yang baik adalah “tirani.”  Thomas More berangkat dari realitas   sistem pemerintahan Richard III sebagai seorang raja yang dikenal betindak tidak adil.  More dalam The History of King Richard III (1513)  menganggap Richard III adalah seorang tiran yang merebut kekusaan dengan cara yang tidak adil.  More juga menunjukkan bagaimana sebuah negara yang sebelumnya memiliki sistem pemerintahan yang baik di bawah kekuasaan Edward IV (1483) berubah menjadi sebuah pemerintahan yang korup karena ambisi kekuasaan.  More melihat bahwa Richard III merebut kekuasaan dari para pewaris yang sah dengan melakukan berbagai tindakan yang merugikan mereka. Misalnya: mereka dianggap sebagai anak haram dan menolak hak mereka untuk memperoleh suaka atas keluarga mereka.
Namun, yang menjadi persoalan adalah bagaimana seseorang bersikap ketika melihat sebuah peristiwa yang menyedihkan atas kehancuran masyarakat? More mengatakan; pada umumnya manusia akan bersikap negatif karena manusia tidak mampu berbuat apa-apa. Misalnya: orang miskin tidak punya pengaruh mengatasi kejahatan yang dilakukan oleh seorang raja sebagai penguasa. Atau kata orang bijak; lebih baik bersikap rendah hati terhadap apa yang dilakukan oleh seorang raja sebagai penguasa. Di sinilah More melihat dimensi ketidakadilan; para penguasa menerapkan cara-cara yang menghancurkan kerjasama di antara sesama manusia.
Di masa pemerintahan Richard III kehidupan manusia kerapkali diubah menjadi tempat penggantungan bagi para korban politik.  More melihat bahwa dalam kehidupan politik ada suatu ketidakadilan Salah satunya adalah bahwa selir Edward, yakni Jane Shore dipaksa menyatakan rasa penyesalannya di depan publik karena telah menyatakan diri menjadi istri raja sementara tindakan Richard III yang keji, seperti pembunuhan, penolakan hak suaka dan lain sebagainya tidak dihukum secara adil.  Jane Shore dipermalukan sedang Richard III diagungkan.   
Apa yang dikatakan oleh Thomas More berkaitan cara meraih sebuah sistem pemerintahan yang ideal dalam sebuah negara tampaknya dipahami sebagai utopis---hanya merupakan sesuatu yang ada dalam angan-angan semata dan tidak pernah akan bisa dicapai. Namun, utopia Thomas More menunjukkan sesuatu yang nyata untuk membangun sebuah sistem pemerintahan yang baik kendati harapan itu sesuatu yang harus diraih di masa akan datang, tidak ditentukan oleh ruang dan waktu sehingga suatu saat sistem pemerintahan yang baik akan terwujud dengan sendirnya.
Utopia Thomas More tidak bersifat khayalan belaka melainkan sebuah realitas yang membawa manusia pada realitas kesadaran. Untuk mewujudkan sistem pemerintahan yang ideal dalam sebuah negara, pemerintah harus membangun sebuah kerjasama yang baik dengan warganegara seperti tampak dalam pemerintahan di kota Utopia. Seorang pemimpin harus menjauhi hal-hal yang bersifat tirani, sebab “tirani” merupakan awal kehancuran dan sekaligus kematian sebuah bentuk pemerintahan yang ideal. Sistem pemerintahan “tirani,” segala nilai kebersaman dan  kerjasama tidak pernah tercapai.  Kritik Thomas More dalam sistem pemerintahan zaman sekarang, bahwa sistem pemerintahan kita kerap berada dalam sebuah tataran ketidakadilan.  Pemerintah seringkali menerapkan prinsip-prinisip yang bersifat anarkis dan tirani terhadap warganegara---mementingkan diri sendiri dan tidak  bekerjasama dengan warganegara, hancurnya  sistem pemerintahan yang baik lewat korupsi.

4.   Pengertian Utopia
          Pemikiran membentuk sebuah kota harapan sejak lama telah berkembang di kalangan para cendikiawan dan pemikir. Di antara kota-kota harapan tersebut, misalnya; Utopia-nya Plato, "Kota Cahaya Mentari"-nya Farabi, dan "Surga Dunia"-nya Thomas More semuanya  adalah contoh negeri impian menjadi sebuah harapan dan keniscayaan yang kadang juga mustahil untuk diwujudkan atau utopis.  Apa itu Utopia? Utopia merupakan sebuah sistem sosial politik yang sempurna yang hanya ada dalam bayangan (khayalan) dan sulit atau tidak mungkin diwujudkan dalam sebuah kenyataan.  Sulit dan tidak mungkin, karena sesuatu “itu” hanya berada dalam angan-angan. Misalnya; seorang pemimpin negara bermaksud mewujudkan sebuah negara yang adil dan makmur. Maksud tersebut tidak  mudah bahkan tidak mungkin kalau dalam negara para pemimpinnya bersikap konservatif; menentang segala sesuatu yang tidak sesuai  keinginan mereka atau kalau dalam negara selalu terjadi pergolakan politik,
Terdapat tiga interpretasi  berkaitan dengan arti dan tujuan utopia Thomas More;  Pertama: Utopia merupakan kerangka pemikiran More tentang suatu negara yang ideal. Kedua;  Utopia merupakan sebuah tulisan yang dipenuhi dengan teka-teki dan ironi, artinya sebagian gagasan utopia mencerminkan pandangan More dan sebagian lagi tidak. Pandangan ini didukung oleh mereka yang beraliran humanis yang menempatkan gagasan More dalam pemahaman humanisme yang lebih luas. Mereka melihat bahwa utopia merupakan sebuah perjalanan menuju ke “tempat yang tidak ada.” Pandangan  ketiga adalah sebuah pandangan yang tidak meyakinkan bahwa utopia merupakan  karangan More yang tidak pernah dimaksudkan sebagai sesuatu yang serius.  dari ketiga pandangan tersebut dapat disimpulkan  Utopia merupakan pulau khayalan di suatu tempat di Dunia Baru yang warganegaranya  membentuk sebuah sistem pemerintahan yang ideal.

5. Buku Utopia
         Pemikiran More dilatari karya Republik Platon mengenai model kehidupan komunis (komunal) bagi penjaga dan komponen Negara (bukan kelas produsen). Kualitas superior dari kelas penjaga dan masyarakat diperoleh dari praktek stirpikultur dan kontrol Negara oleh pemuda-pemuda yang sedang tumbuh. Di dalam Republik, akhir cerita lebih pada sisi politik daripada ekonomi. More tidak membatasi perhatiannya pada kelas pemerintah tetapi kepada seluruh struktur sosial yang dia rencanakan. Narasinya diletakkan pada tokoh Raphael Hythloday, pelancong Portugis yang mengkritik hukum dan kebiasaan Negara-negara Eropa dan menggambarkan institusi ideal dari hasil observasinya ketika dia singgah di Negara Utopia selama lima tahun. Pendapat More bukan hanya tentang kebijakan politik kontemporer tetapi tentang muasal pemerintahan dan usaha-usaha yang dilakukan Plato dan Aristoteles untuk membentuk Negara ideal. Utopia terbagi menjadi dua buku; pertama mengilustrasikan dialog antara Thomas More, Hythloday, dan Peter Gilles yang berperan sebagai penghubung keduanya. Buku Kedua adalah narasi deskriptif tentang hukum, kebiasaan dan orang-orang di Utopia sedang Buku Pertama sebagai komentar yang jelas pada Eropa kontemporer dan Inggris secara khusus. 
Buku Utopia memberikan gambaran mengenai tiga karakter; pertama adalah Thomas More sebagai dirinya sendiri, Raphael Hythloday atau Rapahel Nonsenso, merupakan pelancong di negeri eksotis dan tokoh Peter Gillis. Hythloday tidak hanya bepergian ke Utopia saja tetapi negeri “aneh” lainnya dan atas pengalamannya menemukan bahwa kebanyakan mereka lebih baik dari Eropa.  Menurut Hythloday, Inggris mempunyai administrasi yang amat buruk. Pencuri dan pembunuh dihukum mati tanpa ada konsekwensi pengampunan. Cara-cara menghukum lebih ditekankan daripada melihat bahwa manusia tidak dikendalikan untuk mencuri. Sebagai contoh; kelas rendah seharusnya mempelajari perdagangan sehingga mereka tidak perlu melakukan pencurian ketika dipecat oleh majikannya.  Ketetapan seharusnya dibuat untuk pekerja-pekerja agrikultur (petani) yang tidak mereka ikuti ketika tanah untuk becocok tanam dirubah menjadi peternakan.  Kesulitan-kesulitan pemerintah Eropa seringkali dibenturkan dengan institusi kepemilikan pribadi.   Keberatan dibuat untuk menyanggah Hythloday bahwa Negara tidak akan makmur selama seluruh properti menjadi milik umum karena tidak ada rangsangan untuk kaum buruh, manusia menjadi lamban, kekerasan dan pertumpahan darah menjadi keniscayaan. Hythloday menjawab dengan menggambarkan kondisi negara Utopia. 
Buku Utopia  berjudul  asli  “The Best State of Commonwealth and the New Island or Utopia”  terbit tahun 1516---salah satu contoh penting  humanisme selama masa Renaisans---karya Sir Thomas More; filosof dan penulis Inggris. Sebuah karya fiksi dalam filsafat politik yang menggambarkan;  sebuah masyarakat pulau yang serba tertib dan teratur dalam kehidupan sosial, politik maupun agama serta bebas dari berbagai kelemahan dan kekurangan---masyarakat yang nyata tak mungkin seindah itu.  Buku Utopia terdiri dua buku;  Buku Satu tidak mempunyai sub-sub judul sedang buku dua terdiri  beberapa sub judul---tentang perekonomian dan pekerjaan, tentang pemerintah, pernikahan dan lain sebagainya. Kedua buku tersebut ditulis pada tahun 1515-1516. Utopia Buku Dua diselesaikan lebih dahulu dari pada Utopia Buku Satu.  Buku pertama hampir seluruhnya berisi dialog sedang Utopia Buku Dua tentang pemahaman utopia oleh Thomas More yang ternyata  tidak sekadar bersifat khayalan, tetapi sekaligus mengandung nilai-nilai kehidupan, baik yang bersifat religius maupun sosial. 
Kalau dalam Utopia Buku Satu;  latar belakang Utopia diawali dari sebuah taman di Antwerp.  Antwerp adalah sebuah kota pelabuhan besar di Eropa yang penuh dengan kapal dan pengelana dari Dunia Baru. Kota ini ditemukan oleh Columbus sekitar tahun 1492. Di kota ini terdapat dua sahabat; Peter Giles dan Morus yang secara bersama-sama mendengarkan kisah pengelana Portugis; Raphael Hytholday---seorang yang tidak hanya menjadi seorang pengelana biasa, tetapi lebih sebagai seorang pencari kebenaran dalam kehidupan politik.  Sementara dalam  Utopia Buku Dua;  Utopia diandaikan sebuah pulau yang secara geografis dan sosial merupakan gambaran Kota Inggris. Pulau ini didirikan oleh Utopus. Secara geografis memiliki luas 200 mil di bagian tengah. Tetapi, karena pulau ini dipersempit akhirnya sekelilingnya menjadi 500 mil sehingga pulau tersebut berbentuk seperti bulan sabit. Di sekeliling pulau terdapat belasan pulau yang terpisah ke dalam sebuah teluk  besar. Di pulau Utopia, ada 54 negara kota dan satu ibu kota sebagai tempat pertemuan para wakil dari masing-masing kota (kota Amaurot) dengan posisi di dekat pusat pulau Utopia.   Sebagian besar warga negara Utopia adalah bertani, sehingga setiap kota dibangun dengan baik dan dilengkapi peralatan pertanian. Karena itu, setiap penduduk mempunyai keahlian dan ketrampilan dalam mengolah tanah sebagai tempat mencari nafkah sehari-hari.



6.     Sistem Pemerintahan Pulau Utopia
        Pulau Utopia sebuah pulau tidak hanya memiliki keindahan dalam khayalan, tetapi lebih dari itu Pulau Utopia mempunyai sebuah struktur sistem pemerintahan yang ideal.  Pulau Utopia terletak di selatan Khatulistiwa terdapat 54 kota, di mana tiap kota dengan kota lainnya berjarak 25 mil. Bertani adalah satu pekerjaan yang dikerjakan oleh semua orang, laki-laki dan wanita tanpa pengecualian. Pemerintahannya representatif. dengan kebijakan institusional yang mengarah pada harmoni sosial. Raja Utopus memanage seluruh kota Amaurot dengan sejumlah cara.  Tiap kota dikirim  tiga orang yang bijaksana dan berpengalaman  ke ibu kota untuk terlibat dalam urusan publik. 
Bentuk pemerintahannya  federasi dimana kota-kota memiliki otonomi mengatur urusan internalnya sendiri. Bentuk pemerintahannya didasarkan bentuk rumah tangga; ada kepala rumah tangga dan ada anggota-anggotanya.  Setiap tahun kelompok (terdiri tiga puluh keluarga) memilih seorang pembesar (Magistrate) sebagai pemimpin yang disebut Sphylarch.  Setiap sepuluh pemimpin kepala suku atau klan, membentuk satu kelompok dan dari kelompok tersebut dipilih satu orang diantara mereka sebagai perwakilan (Tranibor).  Para tranibor yang terpilih dapat mengadakan pertemuan untuk memilih seorang hakim atau gubernur---dari empat orang yang dicalonkan oleh masing-masing kota.  Dalam pemerintahan Utopia, gubernur terpilih menjabat seumur hidup namun apabila seorang gubenur yang berkuasa dianggap tiran terhadap warganegaranya, maka gubernur tersebut akan diganti dan dipilih gubernur yang lain. 
Para Tranibor berperan penting terutama mengkonsultasikan berbagai persoalan negara kepada gubernur. Setiap hari, para Tranibor bersama dua orang pemimpin (yang mereka ajak) masuk  ke dalam  senat berkonsultasi dengan gubernur mencari solusi menyelesaikan persoalan negara. Semua persoalan disampaikan dalam sebuah dewan umum yang terdiri dari para pejabat terpilih. Para pejabat terpilih melibatkan seluruh warganegara dalam mengambil kebijakan atau keputusan secara demokratis.  Pemerintah di kota utopia menghindari sistem pemerintahan yang bersifat “aristokrasi”---sebuah negara dipimpin oleh seorang bangsawan yang mempunyai kedudukan dalam masyarakat. 
Masyarakat pedesaan hidup di lingkungan pertanian yang menyebar di seluruh pulau dan terdiri dari 40 orang di samping dua budak.  Untuk setiap 30 rumah pertanian ada pemimpin yang dikenal dengan Philarch.  Sepuluh Philarch bersama-sama dengan kelompok keluarga mereka di bawah petugas yang disebut dengan Ketua Philarch.  Menunjukkan bahwa alasan tidak adanya hak milik pribadi dan uang di Utopia.  Pangeran pulau dipilih seumur hidup oleh mereka dari empat kandidat yang diusulkan oleh masyarakat. Dia akan diturunkan jika dianggap tiran. Hukum-hukumnya berjumlah sedikit, begitu juga kekerasan yang terjadi. Di antara daerah agrikultur Utopia, ada ilmu pengetahuan yang diinstruksikan. Anak-anak di sekolah belajar sejarahnya dan teori. Dari setiap kelompk dari 30 petani, 20 orang setiap tahunnya dikirim ke Negara tetangga untuk memberi ruang bagi orang yang datang dari kota ke Negara. Untuk mengatur populasi, pemerintah mengatur ketetapan bahwa di setiap kota hanya ada 6000 rumah tangga yang setiap rumah berisikan 10 atau 16 orang. Jika rumah tersebut mempunyai jumlah yang lebih maka mereka akan ditransfer ke daerah yang tidak mencukupi.
Dari segala waktu, tiap orang diajarkan berdagang tetapi  jika menginginkan yang lain juga diperbolehkan. Kerja masyarakat Utopia hanya enam jam sehari  memenuhi kebutuhan dan kehidupan mereka, ini diharapkan pemalas menjadi sedikit dan tidak ada waktu yang sia-sia.  Di beberapa kota, kelompok keluarga mempunyai tempat makan umum, meski setiap orang berhak makan di rumahnya sendiri---Pelayanan dilakukan oleh para budak, sementara wanita-wanita dari beragam keluarga juga ikut membantu persiapan makanan. Ketika masyarakat Utopia memproduksi cukup suplai setidaknya selama dua tahun, mereka memakai surplus yang diperoleh dari perniagaan dengan Negara-negara tetangga, yang membuat mereka aman dari emas, perak, besi dan benda-benda lain yang mereka butuhkan. Mereka tidak menggunakan emas dan perak sebagai mata uang, sejak mereka mempunyai kepemilikan bersama pada properti, tetapi mereka menggunakannya untuk menyewa tentara dari negara tetangga. Untuk urusan musik, aritmatika, dan geometri mereka lebih unggul dai Eropa dan di astronomi dan meteorolgi mereka jauh melampaui. 
Terdapat varian berbeda dalam agama, tetapi ritual publik mereka mempunyai karakter umum sehingga mereka dapat melakukan ritual keagamaan bersama. Seluruh kepercayaan selain Atheisme ditoleransi. Etnik mereka adalah hedonistik dan sedikit dari mereka yang tertarik pada kehidupan asketik (pertapa). Hukuman mereka pada kriminal dan kejahatan adalah dijadikan budak, dan seseorang yang seharusnya dihukum mati di Negara lain juga diperlakukan demikian. Anak-anak dari para budak tidak mempertahankan status dari orang tua mereka. Seseorang yang terkena penyakit yang tidak bisa disembuhkan, oleh para pendeta dan hakim disarankan untuk hidup menyendiri. Jikalau mereka tidak mau, tidak akan ada paksaan. Mereka yang melakukan bunuh diri tanpa persetujuan pendeta dan hakim akan dilakukan penguburan yang tidak terhormat dan mereka yang meninggal dengan gembira, tubuhnya akan dikremasi sebagi simbol penghormatan. Wanita tidak diperbolehkan menikah di bawah umur 18 begitu juga laki-laki yang harus di atas umur 22. banyak langkah yang diambil untuk membuat mereka melakukan pernikahan, salah satunya diperkenalkan satu sama lainnya untuk menghindari rumah tangga yang tidak bahagia. Perceraian hanya boleh dilakukan satu kali dan hanya pihak yang tidak bersalah yang boleh menikah lagi. Pendeta Utopia mempunyai kekudusan yang tinggi, tetapi jumlahnya sedikit. Mereka dipilih oleh masyarakat dengan surat suara rahasia. Wanita tidak dimasukkan pada kependetaan, meskipun sebagian mereka—janda dan wanita tua—dipilih. Kependetaan berada di kehormatan yang sangat tinggi. Pelancong menyimpulkan bahwa kuantitas ini menunjukkan kebahagiaan dan persesuaian yang berlaku di Utopia berada pada tiadanya property pribadi. 
Untuk urusan bepergian, Hythloday berkata, “Seseorang yang ingin mengunjungi temannya di negeri lain dengan gampang mendapat izin dari Syphogrant dan Tranibor (petugas yang menangani hal tersebut), kecuali jika untuk beberapa alasan dia dibutuhkan di rumah.” Tetapi dia harus berjanji untuk kembali pada waktu tertentu. Jikalau dia melanggar maka akan diberi hukuman keras. Ini mengindikasikan masyarakat yang kolektif, bahwa seseorang meninggalkan komunitas tanpa memberitahu seseorang merupakan kriminal dan harus dihukum. 

7.       Penutup
          Karya Utopia adalah potret sempurna sosial pemerintahan  yang dibangun berdasarkan fundamen-fundamen agama.  Faktanya, ia adalah prototip dari  tulisan tentang sistem sosial pada abad ke-8; pandangan Utopia sekuler. Konsep pemerintah sosial yang sempurna adalah surga yang dibawa ke bumi atau surga yang diwujudkan di bumi. More menyadari bahwa nafsu pada kekayaan sumber utama kejahatan dalam masyarakat. Utopia menggambarkan kondisi masyarakat terpuaskan atas kebutuhan-kebutuhan dasar dan menyediakan penyangga atas bahaya-bahaya di masa depan, termasuk serangan  negara lain. Di dalam Utopianisme-nya, masyarakat tidak perlu bekerja lebih untuk berbagai keperluan namun tetap menghormati pekerjaan yang dilakukan atas kemauan sendiri. Gagasan More banyak ditiru pemikir setelahnya, meski tidak serupa tetapi hal tersebut sebuah interpretasi dan kelanjutan dari karya More yang membumi. Sebut saja karya Prancis Bacon; "New Atlantis" (1624), Campanella; "City of the Sun" (1637), William Morris's; "News from Nowhere" (1890) termasuk Saint-Simon, penganut Utopia modern dan KarlMarx. 
Karya Utopia Thomas More sebuah pemikiran penting membantu kita memahami pemikiran politik masa sekarang dan renaissance serta meninjau ulang kondisi Eropa abad ke-16. Karya ini adalah kendaraan More  meninjau dan menguraikan beberapa gagasan terkait dengan nasehat raja pada peranan properti pribadi di dalam masyarakat. Ceritanya; More diberitahu tentang pulau di dunia baru bernama Utopia oleh Raphael Hythloday—arti Hythloday adalah orang yang ahli omong kosong—yang merupakan daratan yang mempunyai perbedaan dan persamaan dengan negara Inggris yang dipimpin oleh Tudor. More menyimpulkan perbedaan di akhir bukunya bahwa beberapa hukum dan kebiasaan yang dijelaskan Hythloday di Negara Utopia sebenarnya sangat absurd, dia mengakui bahwa di negara makmur Utopia ada beberapa ciri-ciri dan karakter yang sama dalam masyarakat kita lebih dari yang kita lihat.

8.      Daftar Pustaka
Ian Ousby, Ed. 1998. The Life of Sir Thomas More (1478-1535), The Cambridge Guideto Literature in English.(Cambridge University Press: Cambridge).
Frank O'Hara. 1912. Utopia. Catholic The Catholic Encyclopedia. Volume XV. (Archbishop of NewYork.).
Kristiyanto, Eddy, Reformasi dari Dalam: Sejarah Gereja jaman Modern, Yogyakarta:
——-Kanisius, 2004.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), edisi ketiga, Jakarta: Balai Pustaka, 2003.
Murphy, Anne, Thomas More Tokoh Seri Pemikir Kristen, (terj), P. Hardono Hadi,
——-Yogyakarta: Kanisius, 2001.
Ogden, H.V.S. (ed), Principal Dates in More’s Life dalam Utopia by Thomas More, New
——-York: Appleton-Cent0ury-Crofits, Inc.
Richard Marius. 1995. Utopia as Mirror for a Life and Times. (Keynote Address, Loyola Collegeof BaltiMore, BaltiMore, Maryland).
Syakban Rosyidi. 2002. The History of Modern Thought. CISC (Center of Interdisciplinary Study and Cooperation: Malang).
The New Book of Knowledge, Vol. 12, USA: by Grolier Incorporated, 1981.
The Encyclopedia Americana Internation, Vol. 19, USA: Grolier Incorporated, 1981.
The Encyclopedia of Philosophy, Vol. 5, New York: Collier Macmillan Publishers, 1967.
Alcaponne, 12 September 2015













Tidak ada komentar:

Posting Komentar